Jantung Koroner VS Stroke

Perlunya mengenali gejala awal Jantung Koroner VS Stroke. Seperti halnya penyakit jantung koroner dan stroke sama-sama diawali oleh sebuah proses yang panjang. Stroke bisa menjadi bom waktu bila proses pemburukan pembuluh darah otak dan faktor resiko yang mendampinginya dibiarkan berlanjut terus. Kalau jantung koroner klasik pada awal-awalnya dimulai dengan berulangnya keluhan nyeri spesifik di dada yang menjalar pada waktu-waktu lampau, manifestasi gejala atau tanda awal bahwa di otak sudah berlangsung proses pembuluh darah otak bakal tersumbat, atau berdarah, cukup beragam.
 

Penyumbatan Arteri koroner Pada Darah

Jantung Koroner dan Stroke

Jantung Koroner dan Stroke


Penyumbatan arteri koroner karena pembentukan lemak (plaque) pada lokasi-lokasi tertentu pembuluh otak atau pembuluh darah pemasoknya di leher. Dua pembuluh darah besar di leher (carotis dan vertebralis), merupakan “jembatan” pemasok darah antara jantung dan otak. Selain pembuluhnva sendiri sering menebal oleh karat lemak, di bagian pangkalnya (akibat berkelok) acap tersangkut butiran bekuan darah (emboli) yang berasal dari aliran darah jantung, atau pembuluhnya. Adanya sumbatan emboli di pembuluh pemasok, akan menurunkan pasokan darah ke otak. Otak organ yang paling besar kebutuhan oksigennya. Ia membutuhkan pasokan sedikitnya 700 cc darah setiap menit, agar normal fungsinya.

Pasokan darah otak ditentukan oleh tekanan dan aliran darah ke otak, kualitas pembuluh yang mengalirkannva, dan sifat darah sendiri yang bisa berubah dari waktu kewaktu. Ketiga faktor ini yang memelihara aliran darah otak terjaga tetap memadai.

Selain itu ada mekanisme otoregulasi pembuluh darah agar pasokan darah otak selalu tercukupi. Tensi darah menurun sampai 50 mmHg, aliran darah ke otak masih bisa dipelihara. Selain otoregulasi, secara kimiawi pembuluh darah akan melebar atau menguncup sesuai kebutuhan dari saat ke saat (pengaturan gas CO2). Gangguan pada sistem otoregulasi darah otak akan mengurangi pasokan darah otak. Dalam keadaan demikian, stroke mengancam bakal terjadi. Namun pada pembuluh darah yang sudah berkarat lemak atau sudah kaku (atherosclerotic maupun arteriosclerotic), otoregulasi biasanya tidak lagi bekerja. Itu maka tensi pada kasus demikian sering naik atau turun dengan sangat tidak beraturan.

Pasien hipertensi yang tensinya diturunkan kelewat rendah dapat berisiko terserang stroke juga, maka pada yang sudah lama hipertensi dianggap lebih aman kalau sedikit lebih tinggi. Apalagi bagi mereka yang sudah uzur, yang rata-rata pipa pembuluh darahnya sudah kaku, dan mengeras, sistolik (di atas 140 mmHg, mungkin masih ditoleransi. Pada kondisi pembuluh darah yang sudah demikian, kendati pada dindingnya tidak terbentuk karat lemak pun (misalkan lemak darahnya rendah, tidak ada kencing manis, tidak gemuk), kejadian stroke mungkin saja bisa terjadi. Yaitu apabila pembuluh darah menyempit akibat pembuluhnya seketika menguncup (spasm). Umumnya aliran darah otak baru akan terganggu bila pasokan darah ke otak sudah menurun sampai 70 persen. Pada saat mana stroke menyerang. Bukan saja aliran darah otak perlu terpelihara, melainkan sistem hemodinamika jantung pun tidak boleh sampai terganggu. Bukan sedikit stroke iskemik (bukan perdarahan) teijadi akibat gangguan pada jantung.

Penyebab Timbulnya Penyakit Jantung Koroner


Jantung yang terganggu irama degupnya, atau melemah pemompaannya, atau kelewat melaju debarnya, akan merongrong pasokan darah ke otak juga. Termasuk bila jantung mengirimkan bekuan darah, sisa ampas infeksi (dulu pernah radang jantung atau katupnya atau endocarditis). Tergantung ukuran kiriman emboli-nya, bekuan itu akan tersangkut di pembuluh pemasok darah ke otak, ataukah di dalam pembuluh darah otak sendiri. Semakin kecil ukuran emboli, semakin ke arah pipa pembuluh darah otak (yang penampangnya semakin mengecil) sumbatan kiriman itu akan teijadi. Sebaliknya, emboli berukuran besar, akan tersangkut di pembuluh yang lebih besar, yang biasanya di leher.
Pembuluh leher sendiri sudah sering berkarat lemak sejak awal. Jika itu sudah terbentuk, ukuran emboli tak perlu besar untuk bisa tersangkut di situ. Termasuk bila sifat darah kelewat kental, aliran darah melemah, sel pembeku (trombosit) saling melengket, itulah saat-saat mana kejadian tersangkutnya emboli mendasari serangan strokenya.

Bila jumlah sel darah merah (eritrosit) bertambah, misal tengah berada di tempat-tempat ketinggian pegunungan (wisata ke Tibet, misalnya), meningkatnya sel darah bisa merupakan pemicu terjadinya sumbatan emboli, atau kejadian stroke sendiri.

Yang sama terjadi pada pasien berisiko stroke yang sekaligus mengidap penyakit leukemia. Kita tahu pada leukemia jumlah sel darah putih (leukosit) bertumpuk di aliran darah. Tumpukan sel darah menambah kental darah, aliran darah melamban, sehingga bisa nierongrong pasokan darah ke otak.
Jangan lupa, Perlunya mengenali gejala awal stroke dalam keadaan kekurangan cairan (habis diare, kurang minum), bisa menjadi pemicu yang berpotensi sama jahatnya dalam kejadian serangan stroke. Memelihara agar darah senantiasa encer, bebas dari perlengketan trombosit (maka perlu minum tablet aspirin rutin setiap hari bagi mereka yang berisiko koroner dan stroke).

Sumber : Mencegah Serangan Jantung, Stroke, Gagal Ginjal
Oleh : Dr. Handrawan Nadesul

0 comments:

Post a Comment